Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Kuttab di Indonesia
Oleh: Akbar Fuad
Mempelajari perkembangan Lembaga Pendidikan Islam, tentulah dimulai dari Lembaga Pendidikan Islam yang pertama kali ada, yaitu kuttab. Lembaga Pendidikan Islam yang sudah ada sejak zaman Rasulullah. Kuttab pertama kali ada di Arab. Bangsa Arab sendiri sebelum berkembangnya Islam terkenal dengan budaya jahiliah. Mayoritas masyarakat Arab buta huruf dan kurang tertarik mengembangkan pendidikan. Ketika Islam datang, hanya ada 17 orang Quraisy yang mengenal tulis baca.
Jejak Kuttab di Indonesia yang terakhir pernah ada sebelum kemerdekaan RI ada di Kesultanan Siak, Riau. Salah satunya didirikan pada tahun 1921 saat Belanda gencar-gencarnya membuat HIS namun lama-kelamaan kehilangan murid karena dinilai ajarannya bertolak belakang dengan adat yang kental dengan nuansa Islam. Khususnya masalah akhlaq atau adab yang banyak rusak karena dipengaruhi orang Belanda.Tahun 1952 pernah didirikan pula Kuttab HubbulWathan di Rimba Melintang, juga di Riau. Kuttab berasal dari Bahasa Arab Katatib yang berarti “Mengajar Menulis´sejenis tempat belajar yang lahir pada dunia Islam. Pada awalnya Kuttab berfungsi sebagai tempat memberikan pengajaran, menulis, dan membaca pada anak-anak. Kuttab berarti sekolah permulaan rendah[1]. Sebenarnya sebelum Islam datang, istilah Kuttab itu telah ada, tapi belum dikenal penduduk Mekah. Yang belajar Kuttab diantaranya Sufyan bin Umayah bin Abdul Syam dan Abdul Qois bin Abdul Manaf bin Zuhroh bin Kilab. Keduanya belajar dari Basyir bin Abdul Malik yang datang dari Hirah.
Pendidikan jenis kuttab ini pada mulanya diadakan di rumah-rumah guru. (mu’alim, muaddib). Setelah Nabi Saw. dan para sahabat membangun masjid, barulah ada kuttab yang didirikan di samping masjid. Selain itu ada juga kuttab yang didirikan terpisah dari masjid. Masa belajar di Kuttab tidak ditentukan, bergantung kepada keadaan si anak. Anak yang cerdas dan rajin, akan lebih cepat menamatkan pelajarannya. Sebaliknya anak yang malas akan memakan waktu yang lama untuk menamatkan pelajarannya. Sistem pengajaran di kuttab ketika itu tidak berkelas. Para murid biasanya duduk bersila dan berkeliling menghadap guru.
Pada awal pemerintahan Islam di Madinah, pengajar baca tulis di kuttab kebanyakan non muslim, karena sedikit sekali kaum muslim yang bisa menulis. Rasulullah pernah membebaskan para tawanan perang dengan syarat mengajari 10 orang muslim membaca dan menulis. Pada awalnya pengajaran baca-tulis tidak dinukil langsung dari Al-Qur’an tetapi dari puisi dan syair bijaksana orang-orang Arab. Setelah banyak kaum muslimin yang pandai menulis dan membaca, maka pengajaran baca tulis di kuttab sumber nukil pun tidak lagi puisi dan syair tetapi Al-Qur’an.
Menurut Ahmad Syalabi terdapat dua jenis Kuttab dalam sejarah pendidikan Islam. Perbedaan jenis Kuttab ini dilihat dari isi pengajaran (kurikulum), tenaga pengajar dan masa tumbuhnya.
- Kuttab yang berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab. Sebagian besar gurunya adalah non-muslim. Kuttab jenis ini berkembang pada masa Islam awal.
- Kuttab yang berfungsi sebagai tempat pengajaran Al-Qur’an dan dasar-dasar agama Islam.
Kuttab pada bentuk awalnya hanya bentuk ruangan rumah seorang guru. Ketika Islam datang orang-orang pandai dikumpulkan oleh Rasulullah untuk mengajarkan membaca dan menulis, selain itu dipekerjakan sebagai penulis wahyu. Philip K. Hitti mengatakan bahwa, kurikulum pendidikan di Kuttab ini berorientasi kepada al-Qura’an sebagai text book. Hal ini mencakup pengajaran membaca dan menulis, kaligrafi, gramatikal bahasa Arab, sejarah Nabi, Hadits. Khususnya yang berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW. Mengenai kurikulum ini Ahmad Amin juga menyepakatinya. [2]Namun dalam hal penetapan materi, diutamakan dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah dimana Kuttabdilaksanakan.
Pendidik yang mulai mengembangkan bentuk pengajaran khusus itu kearah pembentukan Kuttab umum, menurut Ahmad Syalabi ialah Hajajj bin Yusuf as Saqafi (W. 714 H) yang ia sendiri sebagai muaddib yang mengajar anak Sulaiman bin Na’im yang kemudian menjadi Wazir Abdul Malik bin Marwan.[3] Dari awal inilah berkembang Kuttab-kuttab di rumah-rumah raja yang mengajarkan pendidikan umum dan dengan sebutan Kuttab umum. Kalau mulanya Kuttab hanya mengajarkan baca tulis Al Qur’an, selanjutnya dikembangkan dengan sistem kurikulum penambahan mata pelajaran lain (umum) yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat waktu itu.
Konsep utama dari Kuttab sendiri adalah anak diawali dengan mempelajari Al Quran dan Hadits mulai usia 5 hingga 14 tahun. Sedangkan ilmu lain seperti sains, matematika ataupun yang lainnya bisa disisipkan disela-sela pembelajaran wajib Al Quran dan Sunnah. Hingga kini Kuttab Al Fatih memiliki cabang 10 sekolah yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.[4]
Hingga saat ini, di Indonesia sudah berdiri banyak kuttab di beberapa Kota. Salah satu hal utama pendirian kembali lembaga Kuttab ini adalah ‘gagal’nya sistem pendidikan yang ada dalam menanamkan iman dan akhlaq sejak dini. Sikap anak yang tidak hormat kepada orang tua atau guru, sedikit banyak merupakan sedimentasi hasil sistem pendidikan yang dijalani saat ini. Bagaiamana mungkin mengajarkan iman dan akhlaq jika pelajaran agama hanya 2 jam seminggu bahkan ada politisi yang mengusulkan untuk menghapusnya.
Kurikulum Kuttab tidak sekompleks kurikulum kebanyak sekolah yang ada saat ini. Secara global, Kuttab hanya mengajarkan dua hal, yakni Iman dan AlQuran. Hal ini tentu sudah bisa mengurangi beban anak, baik jumlah buku yang dibawa ke sekolah atau PR yang harus dikerjakan. Meski dibilang tradisional oleh Azyumardi Azra, Kuttab terbukti telah berhasil melahirkan generasi Rabbani kelas dunia dan akhirat. Karya-karyanya legendaris dan bermanfaat untuk umat.
Inilah Beberapa Kuttab yang telah beroperasi saat ini:
- Kuttab AlFatih, berpusat di Depok dan memiliki 18 Cabang. Berdiri sejak 2012. Web: www.kuttabalfatih.com. Baca Juga: Cabang Kuttab AlFatih.
- Kuttab AsSakinah, di Riau. Berdiri sejak 2014. Web: www.kuttabassakinah.com
- Kuttab Isy Karima, di Karanganyar. Berdiri sejak 2014. Web: www.kuttabisykarima.wordpress.com
- Kuttab Imam Malik, di Makassar.
Anak yang belajar di Kuttab umurnya antara 5 hingga 12 tahun. Mengenai hafalan AlQuran, memang menjadi salah satu tujuan utamanya namun bukan harga mati harus hafal selama menjalani pendidikan di Kuttab. Idealnya memang demikian. Bisa kita lihat banyak ulama hebat baik hari ini atau masa lalu, rata-rata mereka sudah hafal AlQuran sebelum baligh. Kuttab AlFatih menargetkan lulusannya hafal minimal 7 juz dan diharapkan bisa berlanjut di Madrasah ALFatih. Dengan semakin banyaknya Kuttab di Indonesia, semoga Indonesia kembali menjadi negara yang kuat, berdaulat, dan ditopang oleh umat Islamnya yang rahmatan lil ‘alamin.
Menurut ustadz yang juga ahli dalam sejarah, kesalahan dari pendidikan di negeri ini adalah sumber literaturnya. Sampai saat ini dunia pendidikan Islam kebingunan saat ditanya siapa bapak pendidikan Islam hari ini. Hal ini terjadi karena semua literatur yang digunakan dalam pendidikan Islam bersumber pada tokoh-tokoh yang bukan Islam. Sebut saja seperti Bapak Pendidikan Modern Jhon Amos Comenius yang menjadikan Al Kitab sebagai rujukannya. Anehnya dia lahir pada abad 15. “Terus sebelum abad tersebut, disebut pendidikan apa?” ujar Ustadz Budi Azhar kepada seorang Doktor pendidikan yang juga kebingungan tak bisa menjawab.
Dalam penyampaiannya, kurikulum pendidikan saat ini sangat kacau dibanding beberapa waktu yang lampau. Dulu seorang guru sangat dihormati siswanya. Saat ini jika ketahuan guru galak maka dipenjara. Ada seorang guru gara-gara mencubit anak didiknya karena keterlaluan malah dilaporkan ke DPRD. Budi juga mengkritik umat Islam yang sering berteriak Al Quran dan Sunnah menjadi rujukan segalanya, namun dalam hal kurikulum pendidikan hal itu tidak dilakukan bahkan ditaruh dibagian ujung. Ini sesuai dengan kondisi saat ini, sekolah-sekolah Islam yang ada, seperti SD lulus kelas 6 hanya mampu menghafal 1 juz saja.
Istilah tabularasa bahwa anak itu lahir seperti kertas putih juga sempat ia kritik. Pendapat demikian sangat kurang pas. Sebab seorang manusia atau bayi lahir sudah diberikan iman tidak kosong. Hari ini dunia pendidikan lagi gencar-gencarnya membicarakan masalah karakter. Seperti sikap budi pekerti, peduli, kasih sayang dan lain sebagainya. Islam sangat menguasai terori tersebut. Berapa banyak ayat dalam Al Quran yang menjadi teori dalam hal tersebut begitu pula dalam hadits.
Banyaknya teori yang diberikan dalam mengajar menjadikan anak-anak kita terbebani. Harusnya kurikulum yang ada dibuat sesederhana mungkin sehingga anak-anak menjadi lebih cerdas dan pintar. Dalam sejarah Islam, ustadz Budi menerangkan bahwa saat kejayaan Islam, seorang remaja berusia 15 tahun yang bernama Muhammad Al Fatih, sudah menjadi wali kota . Dan saat usianya menginjak 22 tahun, ia menjadi khalifah. Ibnu Sina menjadi seorang dokter diusia 17 tahun. Begitu pula Imam Bukhori menjadi ahli Hadits pada usia 17 tahun. “Di Indonesia lulus kuliah usia 20 tahun masih bingung mau melakukan apa,” ujar ahli sejarah Islam tersebut.
Syarat masuk Madrasah Al-Fatih ini adalah memiliki hafalan minimal 7 juz. Jika belum memenuhi syarat, maka calon siswa/i harus mengikuti kelas persiapan selama 1 tahun. Kuttab dan Madrasah Al-Fatih memiliki kurikulum sendiri dengan menggali dari kitab-kitab ulama salafus sholih yang dijadikan rujukan umat Islam, mereka tidak mengikuti kurikulum Diknas karena di dalam kurikulum Diknas banyak materi yang seharusnya tidak perlu dipelajari. Berbeda dengan kurikulum Iman dan Al-Qur’an, karena pasti dibutuhkan oleh setiap anak.
Ijazah yang digunakan Kuttab pun berbeda dengan Diknas, sehingga jika ada siswa/i yang ingin mengikuti UN dan melanjutkan ke sekolah umum, mereka menyediakan bimbingan belajar selama 3-6 bulan untuk persiapan ikut serta dalam ujian persamaan. Kurikulum Al-Fatih hanya ada 2, yakni kurikulum Al-Qur’an dan kurikulum Iman. Tahapan belajar yang diterapkan pun merujuk pada Hadits dimana tahapan belajar dalam Islam meliputi:
Pendengaran sebelum penglihatan
Hati sebelum akal
Membaca sebelum menulis
Menghafal sebelum menganalisa
Iman sebelum Al-Qur’an
Dalam kurikulum atau pelajaran Al-Qur’an, anak-anak menghafal Al Qur’an dimulai dari juz 30 melalui metode talaqqi (mendengar), membaca, dan muroja’ah (mengulang). Orangtua diberi tugas mengontrol hafalan anak selama di rumah dengan syarat anak tidak boleh menonton TV dan tidak boleh mendengarkan musik. Setiap bulan ada pertemuan kuttab dengan orang tua untuk mengecas semangat dan keistiqomahan mereka.
Ia juga menambahkan gaji pengajar dimasa lalu mencapai 11 Dinar jika dirupiahkan mencapai 22 juta. Hal inilah yang bertolak belakang dengan kondisi saat ini. Sekolah-sekolah Islam yang katanya unggulan biaya masuknya mencapai belasan juta namun gaji dari gurunya tak sampai 1 juta kalah dibanding tukang bangunan.
Untuk itulah melalui Kuttab Al Fatih yang didirikannya di Depok, Ustadz Budi Azhar ingin mengembalikan kejayaan kurikulum pendidikan Islam dimasa lalu yang telah terbukti banyak menghasilkan generasi-generasi pilihan.[5]
Sistem pembelajaran Kuttab lebih efektif bila dibanding dengan sistem pembelajaran sekarang. Waktu belajar mereka dari pagi hingga ashar, sedangkan waktu belajar sekarang hanya dari pagi sampai dengan zuhur (kelas 3 sampai dengan kelas 6), untuk anak kelas 1 dan 2 samapi jam 10. Jumlah hari mereka dalam belajar digunakan dalam seminggu mulai hari Sabtu sampai hari Kamis, sedangkan hari Jum’at mereka libur, nampak waktu belajar mereka cukup padat dan efesien. Tetapi pada umumnya anak-anak menyelesaikan pendidikan dasar ini selama kurang lebih 5 tahun.[6]
Sistem pendidikan Kuttab ini memang sangat luar biasa kelebihannya, jika pembelajarannya benar-benar merujuk pada sistem Kuttab klasik maka akan dijamin pendidikan pasti berhasil, karena nilai yang ditanamkan keterampilan, tanpa ada unsur lain yang mempengaruhi proses pembelajaran. Bagi yang tidak bisa terampil maka ia tertinggal.
Daftar Pustaka
[1] Mahmud Yunus, Kamus Indonesia Arab, PT. Hidakarya Agung, Jakarta, 1989, hal 36
[2] Samsul Nizar Op.Cit., hlm. 114
[3] Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Cetakan ke 10, Jakarta, 2002
[4] http://www.muslimdaily.net/berita/kuttab-sebuah-alternatif-kurikulum-pendidikan-abad-ini.html
[5] http://www.muslimdaily.net/berita/kuttab-sebuah-alternatif-kurikulum-pendidikan-abad-ini.html#
[6] Rahmawati Rakhim 2005. Kurikulum Dasar Lembaga Kuttab, dalam Concencia Jurnal Pendidikan Islam N0. 1 Volume V. Palembang: PPs IAIN Raden Fatah. Hlm. 80
Alhamdulillah informasi yang sangat bermanfaat
BalasHapusJazakalloh Khoir
Salam Ukhuwah
SAF (Sabiqunal Awwalun Foundation)